PAPER KIMIA PANGAN
BAHAN TAMBAHAN PANGAN ( PENGAWET )
Disusun
Oleh :
Indah Nur Kasanah ( 2010340013 )
Dwi Oktaviana
Fakultas
Teknologi Industri Pertanian
Jurusan
Teknologi Pangan
Universitas
Sahid Jakarta
2012
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur ke
hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada
penulis sehingga dapat menyelesaikan
paper ini yang berjudul “ Bahan Tambahan
Pangan ( Pengawet dan Pengasam ) “
Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan paper ini masih dari jauh dari
kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun dengan Demikian,
penulis telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki
sehingga dapat selesai dengan baik dan oleh karenanya penulis menerima
masukan,saran dan usul guna penyempurnaan paper ini.
Akhirnya penulis berharap semoga paper ini dapat bermanfaat bagi seluruh
pembaca.
Jakarta, 14 Juni 2012
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang sangat
penting dalam kehidupan manusia. Pengolahan dan pengawetan bahan makanan
memiliki interelasi terhadap pemenuhan gizi masyarakat, maka Tidak mengherankan
jika semua negara baik negara maju maupun berkembang selalu berusaha untuk
menyediakan suplai pangan yang cukup, aman dan bergizi. Salah satunya dengan
melakukan berbagai cara pengolahan dan pengawetan pangan yang dapat memberikan
perlindungan terhadap bahan pangan yang akan dikonsumsi.
Seiring dengan kemajuan teknologi, manusia terus melakukan
perubahan-perubahan dalam hal pengolahan bahan makanan. Hal ini wajar sebab
dengan semakin berkembangnya teknologi kehidupan manusia semakin hari semakin
sibuk sehinngga tidak mempunyai banyak waktu untuk melakukan pengolahan bahan
makanan yang hanya mengandalkan bahan mentah yang kemudian diolah di dapur.
Dalam keadaaan demikian, makanan cepat saji (instan) yang telah diolah dipabrik
atau telah diawetkan banyak manfatnya bagi masyarakat itu sendiri. Permasalahan
atau pertanyaan yang timbul kemudian adalah apakah proses pengawetan, bahan
pengawet yang ditambahkan atau produk pangan yang dihasilkan aman dikonsumsi
manusia?
Zat aditif pengawet pada makanan ada yang berasal dari alam
dan ada yang buatan (sintetik). Untuk zat aditif alami tidak banyak menyebabkan
efek samping. Lain halnya dengan zat aditif sintetik.(Ahmad Lutfi,2009)
B.
Rumusan
Masalah
- Apa sajakah yang termasuk jenis-jenis bahan pengawet makanan?
- Apakah tujuan penambahan bahan pengawet makanan?
- Bagaimanakah cara penambahan bahan pengawet makanan?
- Apakah efek penggunaan bahan tambahan pangan bagi kesehatan?
- Apa saja yang termasuk bahan pengawet yang dilarang dalam makanan ?
C.
Tujuan
- Mengetahui jenis-jenis bahan pengawet makanan
- Mengetahui cara penambahan bahan pengawet makanan.
- Mengetahui tujuan penambahan bahan pengawet makanan.
- Mengetahui efek penggunaan bahan tambahan pangan bagi kesehatan.
- Mengetahui bahan pengawet yang dilarang dalam makanan.
BAB II
Bahan Tambahan Makanan “ Pengawet ”
Jenis produk makanan saat ini diproduksi tidak hanya
memperhatikan zat gizi yang terkandung, melainkan juga mensiasati bagaimana
jenis makanan yang dikemas, mudah disajikan, praktis, atau diolah dengan cara
modern. Makanan tersebut umumnya diproduksi oleh industri pengolahan pangan
dengan teknologi tinggi dan memberikan berbagai zat aditif untuk mengawetkan
dan memberikan cita rasa bagi produk tersebut. Makanan siap saji contohnya
berupa lauk pauk dalam kemasan, mie instan, nugget, atau juga corn
flakes sebagai makanan untuk sarapan.
Zat aditif adalah bahan kimia yang dicampurkan ke dalam
makanan dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas, menambahkan rasa dan
memantapkan kesegaran produk. Salah satu zat tambahan yang dapat digunakan
untuk meningkatkan nilai dan kualitas produk adalah pengawet. Pengolahan
(pengawetan) dilakukan untuk memperpanjang umur simpan (lamanya suatu produk
dapat disimpan tanpa mengalami kerusakan) produk pangan. Proses pengolahan apa
yang akan dilakukan, tergantung pada berapa lama umur simpan produk yang
diinginkan, dan berapa banyak perubahan mutu produk yang dapat diterima.
Berdasarkan target waktu pengawetan, maka pengawetan dapat bersifat jangka
pendek atau bersifat jangka panjang (Syamsir, 2008).
A. PENGAWET
Food Additive atau Bahan Tambahan Pangan (BTP)
adalah bahan atau campuran bahan yang secara alami BUKAN merupakan bagian dari
bahan baku pangan, tetapi ditambahkan ke dalam pangan untuk mempengaruhi sifat
atau bentuk pangan, antara lain bahan pewarna, pengawet, penyedap rasa, anti
gumpal, pemucat, dan pengental.
Didalam Peraturan Menteri Kesehatan RI
No.722/Menkes/Per/IX/88 dijelaskan bahwa BTP adalah bahan yang biasanya tidak
digunakan sebagai makanan dan biasanya bukan merupakan tambahan khas makanan,
mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi, yang dengan sengaja ditambahkan ke
dalam makanan untuk maksud teknologi pada pembuatan, pengolahan, penyiapan,
perlakuan, pengepakan, pengemasan, penyimpanan atau pengangkutan makanan untuk
menghasilkan atau diharapkan menghasilkan suatu komponen atau mempengaruhi
sifat khas makanan tersebut.
Dalam kehidupan sehari-hari BTP sudah digunakan oleh
masyarakat, termasuk dalam pembuatan makanan jajanan. Dalam prakteknya masih
banyak produsen pangan yang menggunakan bahan tambahan yang beracun atau
berbahaya bagi kesehatan yang sebenarnya tidak boleh digunakan dalam makanan.
Hal ini disebabkan karena ketidaktahuan produsen pangan, baik mengenai
sifat-sifat dan keamanan maupun mengenai peraturan tentang BTP. Karena pengaruh
terhadap kesehatan umumnya tidak langsung dapat dirasakan atau dilihat,
maka produsen seringkali tidak menyadari penggunaan BTP yang tidak sesuai
dengan peraturan (Anonim, 2001).
Pengawet makanan termasuk dalam kelompok zat tambahan
makanan yang bersifat inert secara farmakologik (efektif dalam jumlah kecil dan
tidak toksis). Pengawet penggunaannya sangat luas, hampir seluruh
industry mempergunakannya termasuk industri farmasi, kosmetik, dan makanan.
B. PENGGUNAAN BAHAN
PENGAWET
Bahan pengawet umumnya digunakan untuk mengawetkan pangan
yang mempunyai sifat mudah rusak. Bahan ini dapat menghambat atau memperlambat
proses fermentasi, pengasaman atau peruraian yang disebabkan oleh mikroba.
Tetapi tidak jarang produsen pangan menggunakannya pada makanan yang relatif
awet dengan tujuan untuk memperpanjang masa simpan atau memperbaiki tekstur.
Penggunaan pengawet dalam makanan harus tepat, baik jenis
maupun dosisnya. Suatu bahan pengawet mungkin efektif untuk mengawetkan makanan
tertentu, tetapi tidak efektif untuk mengawetkan makanan lainnya karena makanan
mempunyai sifat yang berbeda-beda sehingga mikroba perusak yang akan dihambat
pertumbuhannya juga berbeda.
Secara
umum penambahan bahan pengawet pada pangan bertujuan sebagai berikut:
- Menghambat pertumbuhan mikroba pembusuk pada pangan baik yang bersifat patogen maupun tidak patogen.
- Memperpanjang umur simpan pangan.
- Tidak menurunkan kualitas gizi, warna, cita rasa, dan bau bahan pangan yang diawetkan.
- Tidak untuk menyembunyikan keadaan pangan yang berkualitas rendah.
- Tidak digunakan untuk menyembunyikan penggunaan bahan yang salah atau yang tidak memenuhi persyaratan.
- Tidak digunakan untuk menyembunyikan kerusakan bahan pangan.
Terdapat beberapa persyaratan untuk bahan pengawet kimiawi
lainnya, selain persyaratan yang dituntut untuk semua bahan pangan, antara
lain:
- Memberi arti ekonomis dari pengawetan (secara ekonomis menguntungkan).
- Digunakan hanya apabila cara-cara pengawetan yang lain tidak mencukupi atau tidak tersedia.
- Memperpanjang umur simpan dalam pangan.
- Tidak menurunkan kualitas (warna, cita rasa, dan bau) bahan pangan yang diawetkan.
- Mudah dilarutkan.
- Menunjukkan sifat-sifat anti mikroba pada jenjang pH bahan pangan yang diawetkan.
- Aman dalam jumlah yang diperlukan.
- Mudah ditentukan dengan analisis kimia.
- Tidak mneghambat enzim-enzim pencernaan.
10. Tidak mengalami dekomposisi atau
tidak bereaksi untuk membentuk suatu senyawa kompleks yang bersifat lebih
toksik.
11. Mudah dikontrol dan
didistribusikan secara merata dalam bahan pangan.
12. Mempunyai spektra antimikroba
yang luas yang meliputi macam-macam pembusukan oleh mikroba yang berhubungan
dengan bahan pangan yang diawetkan.
Sifat bahan pengawet selain dapat mencirikan bahan pengawet
yang bersangkutan, ternyata juga diperlukan untuk menentukan cara penggunaan
bahan pengawet terutama sifat kelarutannya. Penambahan bahan pengawet dalam
bahan pangan dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu pencampuran,
pencelupan, penyemprotan, pengasapan, dan pelapisan pada pembungkus pangan.
Pengawet yang banyak dijual di pasaran dan digunakan untuk
mengawetkan berbagai makanan adalah benzoat, yang umumnya terdapat dalam bentuk
natrium benzoat atau kalium benzoat yang bersifat lebih mudah larut. Benzoat
sering digunakan untuk mengawetkan berbagai makanan dan minuman seperti sari
buah, minuman ringan, saus tomat, saus sambal, jeli dan jeli, manisan, kecap,
dan lain-lain (Anonim, 2001).
C. JENIS-JENIS BAHAN
PENGAWET
Beberapa bahan pengawet yang umum digunakan dan jenis
makanan serta batas penggunaannya pada makanan terdiri dari bahan-bahan organik
dan anorganik. Bahan-bahan organik diantaranya:
1. Asam Benzoat dan garamnya yaitu bahan yang digunakan untuk
mengawetkan minuman ringan dan kecap (600 mg,/kg), serta sari buah, saus tomat,
saus sambal, jem dan jeli, manisan, agar, dan makanan lain (1 g/kg) (Anonim,
2001).
a.
Asam
Benzoat, berbentuk hablur atau jarum putih, sedikit berbau benzaldehid atau
benzoin. Agak mudah menguap pada suhu hangat dan mudah menguap dalam uap air.
Sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol dan dalam eter, mengalami
disosiasi tergantung pada pH mediumnya. Sifat yang tidak terdisosiasi inilah yang
mempunyai efektivitas sebagai pengawet (Cahyadi, 2006).
b.
Natrium
Benzoat, berupa granul atau serbuk hablur berwarna putih, tidak berbau dan
stabil di udara. Mudah larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol dan lebih
mudah larut dalam etanol 95 %, bentuk aktifnya sebagai pengawet sebesar 84,7 %
pada pH 4,8 (Cahyadi, 2006).
c.
Kalium Benzoat, kristal larut air dan alkohol dan
efektivitas sebagai pengawet pada pH 4,2 (Cahyadi, 2006).
d.
Kalsium Benzoat, kristal yang larut dalam air dan alkohol.
Dalam air padat pada suhu 25oC larut sebesar 40 g/L dengan
efektivitas sebagai pengawet pada pH 4,2 (Cahyadi, 2006).
2.
Ester para-hidroksi benzoat
a.
Metil
para-hidroksi benzoat, berupa hablur tidak berwarna atau serbuk hablur putih,
tidak berbau atau berbau khas lemah, mempunyai sedikit rasa terbakar. Sukar
larut dalam air air, benzen, CCl4, namun mudah larut dalam etanol
dan dalam eter. Betuk aktif sebagai pengawet 87,4 % pada range pH 8,5. Garam
natriumnya mudah larut dalam air pada suhu 25oC dengan bentuk yang
aktif sebagai pengawet adalah 87,4 %
b.
Propil
para-hidroksi benzoat, hablur kecil atau serbuk serbuk dan tidak berwarna.
Sangat sukar larut air, mudah larut dalam etanol dan dalam eter dan sukar larut
dalam air mendidih. Bentuk aktif sebagai pengawet adalah 89,1 % pada range 8,5.
Garam natriumnya mudah larut dalam air pada suhu 25oC, bentuk aktif
sebagai pengawet adalah 89,1 % pada range 8,5 (Cahyadi, 2006).
3.
Asam
Propionat dan
bentuk garamnya, yaitu bahan pengawet untuk roti (2 g/kg) dan keju olahan (3
g/kg) (Anonim, 2001).
a.
Asam
propionat, berupa serbuk putih yang mudah larut dalam air, sukar larut dalam
alkohol, dan tidak larut dalam minyak. Bagian aktif yang sebagai pengawet
sebesar 77,1 % pada range pH 4,9.
b.
Natrium
propionat, berupa serbuk putih, larut dalam alkohol, kloroform, dan eter.
Bagian yang aktif sebagai pengawet sebesar 77,1 % pada range pH 4,9.
c.
Kalium
propionat, berupa serbuk putih dan larut dalam alkohol, kloroform, dan eter
serta aktif sebagai pengawet pada range pH 4,9 (Cahyadi, 2006).
4.
Asam
Sorbat dan garamnya,
yaitu bahan pengawet untuk margarin, pekatan sari buah, dan keju (1 g/kg)
(Anonim, 2001).
a.
Asam
sorbat, berupa serbuk hablur putih, mengalir bebas dan baunya khas. Sukar larut
dalam air serta larut dalam etanol dan dalam eter.
b.
Natrium
sorbat, berbentuk bubuk berwarna putih, larut dakam air dan tidak larut dalam
alkohol dan minyak. Bentuk aktif sebagai pengawet 83,6 % pada pH 4,8.
c.
Kalium
sorbat, berbentuk kristal putih atau bentuk tepung dengan bau yang khas. Larut
dalam air dan sedikit larut dalam etanol, kelarutannya bertambah dengan
bertambahnya suhu (Cahyadi, 2006).
Berikut ini komposisi atau struktur kimia yang mempunyai
aktivitas sebagai bahan pengawet pangan yang termasuk jenis senyawa organik dan
garamnya terlihat pada tabel di bawah ini:
Nama Pengawet
|
Struktur Kimia
|
Rumus Molekul
|
Asam
Benzoat
|
C7H6O2
|
|
Natrium
Benzoat
|
C7H5NaO2
|
|
Kalium
Benzoat
|
C7H5KO2
|
|
Kalsium
Benzoat
|
(C7H5O2)Ca
|
|
Asam
Sorbat
|
C6H8O2
|
|
Natrium
Sorbat
|
CH3-CH=CH-CH=CH-COONa
|
C6H7NaO2
|
Kalium
Sorbat
|
CH3-CH=CH-CH=CH-COONa
|
C6H7KO2
|
Asam
Propionat
|
CH3-CH2-COOH
|
C3H6O2
|
Kalium
Propionat
|
CH3-CH2-COOK
|
C3H5KO2
|
Natrium
Propionat
|
CH3-CH2-COONa
|
C3H5NaO2
|
Metil-p-hidroksi
benzoat
|
C8H8O3
|
|
Propil-p-hidroksi
benzoat
|
C10H12O3
|
|
Etil-p-hidroksi-benzoat
(etil paraben)
|
C9H10O3
|
Bahan-bahan
anorganik yang biasa digunakan antara lain:
- Nitrit (dalam bentuk garam kalium/natrium nitrit) dan nitrat (dalam bentuk garam kalium/natrium nitrat), yaitu bahan pengawet untuk daging olahan atau yang diawetkan seperti sosis (125 mg nitrit/kg atau 500 mg nitrat/kg), korned dalam kaleng (50 mg nitrit/kg), atau keju (50 mg nitrat/kg) (Anonim, 2001). Berbentuk granul berwarna putih, kelarutan (g/100 ml): kebanyakan digunakan dalam bentuk garamnya dan mudah larut dalam air sedangkan sedikit larut dalam alkohol (Cahyadi, 2006).
- Sulfit (dalam bentuk garam kalium atau natrium bisulfit atau metabisulfit), yaitu bahan pengawet untuk potongan kentang goreng (50 mg/kg), udang beku (100 mg/kg), dan pekatan sari nenas (500 mg/kg) (Anonim, 2001). Bentuk garam sulfitnya berbentuk granul dan atau Kristal berwarna putih, agak sukar larut dalam air dan sedikit larut dalam alkohol. Sedangkan bentuk garam bisulfitnya mudah larut dalam air (Kalium Bisulfit) dan tidak larut dalam alkohol (Cahyadi, 2006).
Tabel.
Struktur kimia dan sifat beberapa bahan pengawet anorganik.
Pengawet
|
Rumus Molekul
|
Kelarutan (gr/100ml)
|
Bentuk
|
Warna
|
pKa
|
||
Air
|
Alkohol
|
Minyak
|
|||||
Sulfur dioksida
Natrium sulfit
Kalium sulfit
Natrium bisulfit
Kalium bisulfit
Natrium metabisulfit
Kalium metabisulfit
Kalium nitrat
Natrium nitrat
Kalium nitrit
Natrium nitrit
|
SO2
Na2SO3
K2SO3
NaHSO3
KHSO3
Na2S2O5
K2S2O5
KNO3
NaNO3
KNO2
NaNO2
|
-
25
23,5
28,5
Mudah larut
Mudah larut
Mudah larut
35,7
90.9
Mudah
66,6
|
-
Sedikit
-
1,4
Tidak larut
Sedikit larut
Tidak larut
0,16
0,8
Sedikit
Sedikit
|
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
|
-
-
Granula
Kristal
Kristal
Kristal/ bubuk
Kristal/ bubuk
Kristal
Bubuk
Granula
Granula
|
-
Putih
Putih
Putih
Putih
Putih
Putih
Putih
-
Putih
Putih
|
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
|
D. DAMPAK NEGATIF BAHAN PENGAWET
a. Efek Terhadap Kesehatan
Tujuan utama dari pengujian jangka panjang terhadap
toksisitas bahan tambahan makanan adalah untuk menentukan potensi karsinogenik
suatu bahan atau senyawa, tetapi harus didukung pula dengan pengujian jangka
pendek. Konsentrasi bahan pengawet yang diizinkan oleh peraturan bahan pangan
sifatnya dalah penghambatan dan bukannya mematikan organisme-organisme
pencemar. Jumlah bahan pengawet yang diizinkan akan mengawetkan bahan pangan
dengan muatan mikroorganisme yang normal untuk satu jangka waktu tertentu
tetapi kurang efektif jika dicampurkan ke dalam bahan-bahan pangan membusuk
atau terkontaminasi secara berlebihan.
b. Bahan pengawet organik
1. Asam benzoat dan garamnya (Ca, K dan
Na)
Metabolisme ini meliputi dua tahap reaksi, pertama
dikatalisis oleh enzim syntease dan pada reaksi kedua dikatalisis oleh enzim
acytransferase. Asam hipurat yang disinpengujiana dalam hati ini, kemudian
diekskresikan melalui urin. Jadi, di dalam tubuh tidak terjadi penumpukan asam
benzoat, sisa asam benzoat yang tidak diekskresi sebagai asam hipurat dihilangkan
toksisitasnya berkonjugasi dengan asam glukoronat dan diekskresi melalui urin.
Pada penderita asma dan orang yang menderita urticaria sangat sensitif terhadap
asam benzoat, jika dikonsumsi dalam jumlah besar akan mengiritasi lambung.
2. Asam sorbat dan garamnya
Asam sorbat dalam tubuh dimetabolisme seperti asam lemak
biasa, dan tidak bereaksi sebagai antimetabolit. Kondisi ekstrem (suhu dan
konsentrasi sorbat tinggi) asam sorbat dapat bereaksi dengan nitrit membentuk
produk mutagen yang tidak terdeteksi di bawah kondisi normal penggunaan, bahkan
dalam curing asinan. Asam sorbat kemungkinan juga memberikan efek iritasi pada
kulit apabila langsung digunakan pada kulit, sedangkan untuk garam sorbat belum
diketahui efeknya terhadap tubuh.
3. Asam propionat dan garamnya
Asam propionat dalam tubuh dimetabolisme menjadi senyawa
yang lebih sederhana seperti pada asam lemak menjadi CO2 dan H2O.
Natrium propionat, apabila diberikan dalam dosis peroral sehari 6gr untuk
laki-laki tidak menimbulkan toksik, namun pada laporan lain dinyatakan bahwa
asam propionat dan garamnya mempunyai aktivitas antihistamin lokal.
4. Ester dari asam benzoat (paraben)
Ester asam benzoat (metil-p-hidroksi benzoat dan
propil-p-hidroksi benzoat) memberikan gangguan berupa reaksi yang spesifik.
Senyawa ester-p-hidroksi benzoat diabsorpsi oleh saluran pencernaan dan ikatan
ester dihidrolisa di hati dan ginjal, yang menghasilkan sam p-hidroksi benzoat
yang diekskresi bersama urin. Umumnya metabolit dari paraben ini diekskresikan
dalam 6-24 jam yang diberikan dengan dosis intervenus dan dosis oral.
Metil-p-hidroksi benzoat dan garam natriumnya, pemakaiannya memberikan efek
terhadap kesehatan dengan timbulnya reaksi alergi pada mulut dan kulit,
sedangkan efek yang diberikan terhadap kesehatan karena penggunaan
propil-p-hidroksibenzoat dan garam natriumnya terutama orang penderita asma,
urticaria, dan yang sensitif terhadap aspirin akan memberikan reaksi alergi
kulit dan mulut (Cahyadi, 2006).
c. Bahan pengawet anorganik
Pengaruh
beberapa bahan pengawet terhadap kesehatan :
Bahan Pengawet
|
Produk Pangan
|
Pengaruh terhadap Kesehatan
|
Sulfur
dioksida
(SO2) |
Sari
buah, cider, buah kering, kacang kering,
sirup, acar
|
Dapat
menyebabkan pelukaan lambung, mempercepat serangan asma,
mutasi genetik, kanker dan alergi
|
K-nitrit
|
Daging
kornet, daging kering, daging asin, pikel
daging
|
Nitrit
mempengaruhi kemampuan sel darah untuk
membawa oksigen, menyebabkan
kesulitan bernafas dan sakit kepala,
anemia, radang ginjal, muntah
|
Na-metasulfat
|
Produk
roti dan tepung
|
Alergi
kulit
|
E. Siapa yang
boleh menggunakan bahan tambahan pangan pengawet?
Bahan tambahan Pangan Pengawet boleh
digunakan oleh perusahaan-perusahaan yang memproduksi pangan yang mudah rusak.
Pencantuman label pada produk pangan sesuai dengan Peraturan Pemerintah No.69
tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan.
Label pangan adalah setiap keterangan
mengenai pangan yang berbentuk gambar, tulisan, kombinasi keduanya, atau bentuk
lain yang disertakan pada pangan, dimasukkan ke dalam, ditempelkan pada, atau
merupakan bagian kemasan pangan.
Label pangan sekurang-kurangnya memuat :
·
Nama produk
·
Berat bersih atau isi bersih.
·
Nama dan alamat pabrik yang memproduksi
atau memasukkan pangan ke wilayah Indonesia.
Penambahan bahan pengawet pada produk
pangan menjadi bahan perhatian utama mengingat perkembangan iptek pangan
menyangkut hal tersebut yang begitu cepat serta sering menimbulkan teka-teki
bagi konsumen menyangkut keamanannya.
BAB III
PEMBAHASAN
1.Jenis-jenis Bahan Pengawet
A.
Bahan Pengawet Alami
Beberapa cara sederhana untuk mengawetkan bahan makanan
secara alamiah diantaranya adaalah dengan proses penjemuran seperti pada ikan
kering, Pengasapan seperti pada ikan bandeng panggang, ikan kotok/gabus
panggang dll. Pendinginan seperti pada pengawetan buah atau sayur dalam kulkas,
penggaraman pada ikan, penggunaan gula pada pembuatan manisan dll. Akan tetapi
pengawetan makanan dengan cara pemanasan/ pengeringan, pengasapan, pendinginan
masih terdapat banyak kelemahannya, di antaranya beberapa mikroba penyebab
penyakit dapat hidup walaupun pada suhu yang tinggi serta suhu yang dingin, disamping
itu dengan proses pemanasan atau pendinginan dapat menyebabkan menurunkan nilai
gizi, hal ini disebabkan rusaknya kandungan zat dalam makanan karena proses
tersebut. Contoh protein akan rusak dengan pemanasan suhu yang tingi. Pengawet
yang paling aman adalah pengawet alamiah seperti gula, garam dapur, dan asam
jawa.
B. Bahan Pengawet Buatan
a)
Larutan asam cuka 4 %
Larutan asam cuka 4 % adalah merupakan bahan pengawet yang
digunakan untuk mengawetkan bermacam-macam roti. Larutan ini berfungsi
menghambat pertumbuhan kapang (sejenis jamur).
b)
Asam sitrat (citrat acid)
Asam sitrat berbentuk kristal atau serbuk putih. Asam sitrat
ini mudah larut dalam air, spirtus, dan etanol, tidak berbau, rasanya sangat
asam, serta jika dipanaskan akan meleleh kemudian terurai yang selanjutnya
terbakar sampai menjadi arang. Asam sitrat juga terdapat dalam sari buah-buahan
seperti nanas, jeruk, lemon, dan markisa. Asam ini dipakai untuk meningkatkan
rasa asam (mengatur tingkat keasaman) pada berbagai pengolahan minuman, produk
air susu, selai, jeli, dan lain-lain. Asam sitrat berfungsi sebagai pengawet
pada keju dan sirup, digunakan untuk mencegah proses kristalisasi dalam madu,
gula-gula, dan juga untuk mencegah pemucatan berbagai makanan, misalnya buah-buahan
kaleng dan ikan. Larutan asam sitrat yang encer dapat digunakan untuk mencegah
pembentukan bintik-bintik hitam pada udang. Penggunaan maksimum dalam minuman
sebesar 3 gram/liter sari buah.
c)
Ester metil dan propil paraben atau asam sorbat
Asam sorbat adalah bahan pengawet yang digunakan dalam
produk keju, sari buah minuman anggur, dan produk panggang. Asam sorbat
digunakan untuk mencegah pertumbuhan jamur atau khamit pada derajat keasaman
optimum.
d)
Garam nitrit dan nitrat
Garam nitrit dan nitrat merupakan bahan yang digunakan
sebagai pengawet daging dan keju.
e)
Asam propionat (natrium propionat atau kalsium propionat)
Sering digunakan untuk mencegah tumbuhnya jamur atau kapang.
Untuk bahan tepung terigu, dosis maksimum yang digunakan adalah 0,32% atau 3,2
gram/kg bahan; sedangkan untuk bahan dari keju, dosis maksimum sebesar 0,3%
atau 3 gram/kg bahan.
f)
Benzoat (acidum benzoicum, flores benxoes atau benzoic acid)
Benzoat biasa diperdagangkan sebagai gram natrium benzoat,
dengan ciri-ciri berbentuk serbuk atau kristal putih, halus, sedikit berbau,
berasa payau, dan pada pemanasan yang tinggi akan meleleh dan terbakar. Benzoat
juga banyak digunakan sebagai pengawet minyak goreng.
g)
Sendawa
Merupakan senyawa organik yang berbentuk krsital putih atau
tak berwarna, rasanya asin dan sejuk. Sendawa mudah larut dalam air dan meleleh
pada suhu 3770C. Ada tiga bentuk sendawa, yaitu kalium nitrat,
kalsium nitrat, dan natrium nitrat. Sendwa dapat dibuat dengan mereaksikan
kalium klorida dengan asam nitrat atau natrium nitrat.
Dalam industri biasa digunakan untuk korek api, bahan
peledak, pupuk, dan juga untuk pengawet bahan pangan. Penggunaan maksmumnya
sebanyak 0,1% atau 1 gram / kh bahan.
a.
BHA (butil hidroksianisol)
b.
BHT (butil hidrositoluen)
c.
PG (propilgat)
d.
Tokoferol (vitamin E)
e.
Asam askorbat (vitamin C)
2. Tujuan Penambahan Bahan Pengawet
Tujuan penggunaan bahan tambahan pangan pengawet adalah
sabagai berikut.Pengawetan pangan disamping berarti penyimpanan juga memiliki 2
(dua) maksud yaitu:
1.
Menghambat pembusukan dan
2.
Menjamin mutu awal pangan agar tetap terjaga selama mungkin.
Penggunaan pengawet dalam produk pangan dalam prakteknya
berperan sebagai antimikroba atau antioksidan atau keduanya. Jamur, bakteri dan
enzim selain penyebab pembusukan pangan juga dapat menyebabkan orang menjadi
sakit, untuk itu perlu dihambat pertumbuhan maupun aktivitasnya.
Jadi, selain tujuan di atas, juga untuk memelihara kesegaran
dan mencegah kerusakan makanan atau bahan makanan. Beberapa pengawet yang
termasuk antioksidan berfungsi mencegah makanan menjadi tengik yang disebabkan
oleh perubahan kimiawi dalam makanan tersebut.
Peran sebagai antioksidan akan mencegah produk pangan dari
ketengikan, pencoklatan, dan perkembangan noda hitam. Antioksidan menekan
reaksi yang terjadi saat pangan menyatu dengan oksigen, adanya sinar, panas,
dan beberapa logam.
3.
Cara Penambahan Bahan Pengawet ( Takaran dan Kegunaan pada produk )
DAFTAR BAHAN PENGAWET YANG BOLEH DITAMBAHKAN
( DIRJEN POM )
Nama Bahan Pengawet
|
Digunakan pada :
|
Dosis Maksimum
|
Asam
Benzoat
( Benzoate Acid )
|
kecap,
minuman ringan, acar, margarin, selai, saus, dll
|
600
mg – 1 gr/ kg
|
Asam
Propionat
( Propionate Acid )
|
olahan
keju & roti
|
2
– 3 gr / kg
|
Asam
Sorbat
( Sorbic Acid )
|
keju
olahan
|
3
gr/ kg
|
Belerang
Dioksida
( Sulfur Dioxide )
|
acar,
jeli, selai, saus, gula bubuk, gula pasir, cuka, sirup,bir/ minuman ringan,
anggur, sosi, ekstrak kopi kering, gelatin, dll
|
20
– 500 mg / kg
|
Etil
p-Hidroksi-benzoat
(Ethyl p-Hydroxy-Benzoate)
|
Selai
& Jeli
|
1
gr/ kg
|
Kalium
Benzoat
(Potassium Bemzoate)
|
acar
dalam botol, keju, margarin, apricot kering, selai, jeli, sirup, saus,
anggur, anggur buah & minuman beralkohol & makanan lain kecuali
daging, ikan, unggas.
|
200
mg – 1 gr / kg
|
Kalium
Bisulfit
(Potassium Bysulphite)
|
potongan
kentang beku, udang beku & selai.
|
50
mg-500 mg /kg
|
Kalium
Metabisulfit
(Potassium Metabisulphite)
|
potongan
kentang goreng beku & udang beku
|
50
mg-100 mg/ kg
|
Kalium
Nitrat
(Potassium Nitrat)
|
daging
olahan, daging awetan & keju dgn sosis
|
50-500
mg/ kg
|
Kalium
Nitrit
(Potassium Nitrite)
|
daging
olahan, daging awetan & korned daging dgn sosis
|
50-125
mg/ kg
|
Kalium
Propionat
(Potassium Propionate)
|
keju
olahan
|
3
gr/ kg
|
Kalium
Sorbate
( Potassium Sorbate )
|
keju
olahan, keju, margarine, apricot kering, acar dalam botol, jeli, selai
|
500
mg – 1gr/ kg
|
Kalium
Sulfit
( Potassium Sulphite )
|
potongan
kentang goreng beku, udang beku & selai
|
50
– 500 mg/ kg
|
Kalsium
Benzoat
( Calcium Benzoate )
|
selai,
saus tomat, sirup & anggur/minuman beralkohol
|
200
mg – 1 gr/ kg
|
Kalsium
Propionat
( Calcium Propionate )
|
olahan
keju & roti
|
2
– 3 gr/ kg
|
Kalsium
Sorbat
( Calcium Sorbate )
|
margarin
& selai
|
1
gr/ kg
|
Metil
p-Hidroxybenzoate
( Methyl p-Hidroxybenzoate )
|
selai,
jeli, acar dalam botol, sari buah dan makanan lainnya kecuali daging, ikan
unggas
|
250
mg – 1gr / kg
|
Natrium
Benzoate
( Sodium Benzoate )
|
acar
dalam botol, keju, margarin, apricot kering, selai, jeli, sirup, saus, kecap,
anggur buah & minuman beralkohol, serta makanan lainnya kecuali daging,
ikan, unggas
|
200
mg – 1 gr / kg
|
Natrium
Bisulfit
( Sodium Hydrogen Sulphite )
|
potongan
kentang goreng beku, udang beku & selai
|
50
– 500 mg/ kg
|
Natrium
Metabisulfit
( Sodium Metabisulphite )
|
potongan
kentang goreng beku & selai
50 -100 mg/ kg
|
|
Natrium
Nitrat
( Sodium Nitrate )
|
daging
olahan dan awetan & keju
|
50
– 500 mg/ kg
|
Natrium
Nitrit
( Sodium Nitrite )
|
daging
olahan, daging awetan, corned kalengan
|
50
– 125 mg / kg
|
Natrium
Propionat
( Sodium Propionate )
|
olahan
keju & roti
|
2
– 3 gr/kg
|
Natrium
Sulfit
( Sodium Sulphite )
|
potongan
kentang goreng beku udang Beku & selai
|
50
– 500 mg/ kg
|
Nisin
( Nisin )
|
keju
olahan
|
12,5
mg/ kg
|
Propil
p_hidroxybenzoate
( Prophyl p-Hidroxybenzoate )
|
selai,
jeli acar dalam botol, kecap, ektrak kopi cair, pasta tomat, sari buah &
makanan lainnya kecuali daging, ikan, unggas
|
250 – 1 gr
|
4.. Pengaruh Penambahan Bahan Pengawet Bagi
Kesehatan
Bahan Pengawet
|
Produk Pangan
|
Pengaruh terhadap Kesehatan
|
Ca-benzoat
|
Sari
buah, minuman ringan, minuman anggur manis,
ikan asin |
Dapat
menyebabkan reaksi merugikan pada asmatis dan yang peka terhadap aspirin
|
Sulfur
dioksida
(SO2) |
Sari
buah, cider, buah kering, kacang kering, sirup, acar
|
Dapat
menyebabkan pelukaan lambung, mempercepat serangan asma, mutasi genetik,
kanker dan
alergi |
K-nitrit
|
Daging
kornet, daging kering, daging asin, pikel daging
|
Nitrit
dapat mempengaruhi kemampuan sel darah untuk membawa oksigen, menyebabkan
kesulitan bernafas dan sakit kepala, anemia, radang ginjal,
muntah |
Ca-
/ Na-propionat
|
Produk
roti dan tepung
|
Migrain,
kelelahan, kesulitan tidur
|
Na-metasulfat
|
Produk
roti dan tepung
|
Alergi
kulit
|
Asam
sorbet
|
Produk
jeruk, keju, pikel dan salad
|
Pelukaan
kulit
|
Natamysin
|
Produk
daging dan keju
|
Dapat
menyebabkan mual, muntah, tidak nafsu makan, diare dan pelukaan kulit
|
K-asetat
|
Makanan
asam
|
Merusak
fungsi ginjal
|
BHA
|
Daging
babi segar dan sosisnya, minyak sayur, shortening, kripik
kentang, pizza beku, instant teas
|
Menyebabkan
penyakit hati dan kanker.
|
Mencermati kemungkinan gangguan
kesehatan seperti yang tercantum dalam Tabel 1, maka FDA mensyaratkan kepada
produsen pangan untuk membuktikan bahwa pengawet yang digunakan aman bagi
konsumen dengan mempertimbangkan :
·
Kemungkinan
jumlah paparan bahan pengawet pada konsumen sebagai akibat mengkonsumsi produk
pangan yang bersangkutan.
·
Pengaruh
komulatif bahan pengawet dalam diet.
·
Potensi
toksisitas (termasuk penyebab kanker) bahan pengawet ketika tertelan oleh
manusia atau binatang.
Namun demikian perlu diperhatikan hal-hal penting dalam
menggunakan bahan tambahan pangan pengawet adalah :
§ Pilih pengawet yang benar/yang
diijinkan untuk dalam pangan serta telah terdaftar di Badan POM RI.
§ Bacalah takaran penggunaannya pada
penandaan/label.
§ Gunakan dengan takaran yang benar
sesuai petunjuk pada label.
§ Membaca dengan cermat label produk
pangan yang dipilih/dibeli serta mengkonsumsinya secara cerdas produk pangan
yang menggunakan bahan pengawet.
5.. BAHAN-BAHAN PENGAWET YANG DILARANG PADA MAKANAN
Bahan tambahan yang diizinkan untuk dipergunakan pada makanan dengan batas maksimum penggunaannya tercantum dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor : 722/Menkes/Per/IX/1988.
Dilarang menggunakan bahan tambahan pangan
apabila tujuannya untuk :
- Menyembunyikan bahan yang salah atau tidak memenuhi syarat.
- Mnyembunyikan cara kerja bertentangan dengan cara produksi yang baik utntuk makanan.
- Menyembunyikan kerusakan makanan.
Bahan tambahan makanan
yang dilarang digunakan dalam makanan sesuai Permenkes 722/Menkes/Per/IX/1988
dan diubah dengan Permenkes Nomor : 1168/Menkes/Per/XI/1999 adalah :
1. Asam Borat (Boric Acid) dan senyawanya
Penggunaan untuk solder,
bahan pembersih, pengawet kayu, antiseptik kayu, pengontrol kecoa.ek negtif :
Pemakaian sedikit dan lama
akan terjadi kumulatip pada oktak, hati, lemak dan ginjal. Untuk pemekaian
jumlah banyak mnyebabkan demam , anuria, merangsang SPP, depresi, apatis, sianosis, tekanan darah turun,
kerusakan ginjal, pingsan, koma bahkan kematian.
Ciri-ciri makanan yang
mengandung Boraks :
·
Ciri-ciri mie basah mengandung boraks:
Teksturnya kenyal, lebih mengkilat, tidak lengket, dan tidak cepat putus.
·
Ciri baso mengandung boraks: teksturnya sangat
kenyal, warna tidak kecokelatan seperti penggunaan daging namun lebih cenderung
keputihan.
·
Ciri-ciri jajanan (seperti lontong) mengandung
boraks: teksturnya sangat kenyal, berasa tajam, seprti sangat gurih dan membuat
lidah bergetar dan meberikan rasa getir.
·
Ciri-ciri kerupuk mengandung boraks: teksturnya
renyah dan bisa menimbulkan rasa getir.
2.
Asam Salisilt dan garamnya ( garam Lithium Salisilat, Silver
Salisilat )
Kegunaan : Antiseptik ( Externally) dan Keratolitik ( topical).
Efek
Negatif : Dalam jumlah banyak
menyebabkan muntah muntah, kejang perut, sesak napas, acidosis, gangguan
mental.
3.
Formalin (Formaldehyde)
Penggunaan :
Desinfektan, antiseptik,
pemghilang bau, fiksasi jaringan, dan fumigan, juga dipakai pada industri
tekstil dan kayu lapis.
Efek Negatif :
Sakit perut, muntah
muntah, depresi susunan syaraf. Dalam jumlah yang banyak dapat menyebaka
n kejang
kejang, kencing darah, susah kencing, muntah darah , mati.
Ciri-ciri makanan yang
mengandung Formalin :
·
Mi
Basah Berformalin
Tidak lengket, lebih mengilap, tidak rusak sampai dua hari pada suhu kamar, dan bertahan lebih dari 15 hari pada suhu lemari es (10 derajat celsius).
Tidak lengket, lebih mengilap, tidak rusak sampai dua hari pada suhu kamar, dan bertahan lebih dari 15 hari pada suhu lemari es (10 derajat celsius).
·
Tahu
Berformalin
Teksturnya terlampau keras, kenyal tetapi tidak padat. Tidak rusak sampai 3 hari dalam suhu kamar dan bisa tahan 15 hari dalam kulkas.
Teksturnya terlampau keras, kenyal tetapi tidak padat. Tidak rusak sampai 3 hari dalam suhu kamar dan bisa tahan 15 hari dalam kulkas.
·
Ikan
Berformalin
Warna insang merah tua tidak cemerlang, bukan merah segar, dan warna daging ikan putih bersih. Tidak rusak sampai 3 hari pada suhu kamar.
Warna insang merah tua tidak cemerlang, bukan merah segar, dan warna daging ikan putih bersih. Tidak rusak sampai 3 hari pada suhu kamar.
·
Ikan
Asin Berformalin
Bersih cerah dan tidak berbau khas ikan asin. Tidak dihinggapi lalat di area berlalat, tidak rusak sampai lebih dari 1 bulan pada suhu 25 derajat celsius.
Bersih cerah dan tidak berbau khas ikan asin. Tidak dihinggapi lalat di area berlalat, tidak rusak sampai lebih dari 1 bulan pada suhu 25 derajat celsius.
·
Bakso
Berformalin
Teksturnya sangat kenyal, tidak rusak sampai 2 hari pada suhu kamar.
Teksturnya sangat kenyal, tidak rusak sampai 2 hari pada suhu kamar.
·
Ayam
Berformalin
Teksturnya kencang, tidak disukai lalat, tidak rusak sampai 2 hari pada suhu kamar.
Teksturnya kencang, tidak disukai lalat, tidak rusak sampai 2 hari pada suhu kamar.
4.
Kloramfenikol
Merupakan antibiotik
spektrum luas. Efek negatif :Membunuh
flora
Formalin dan
borak masih sering digunakan pada produk-produk home industri seperti tahu,
mie, mengawetkan ikan, daging, buah, dan sayuran dengan kadar yang tak terkontrol.
Para nelayan misalnya, tidak sedikit memilih menggunakan formalin dari pada es
batu karena faktor murah dan praktis. Buah-buahan di supermarket juga rawan
formalin (bahan pengawet).
Formalin atau borak dapat menimbulkan gangguan hati, jantung, pencernaan, kanker dan ginjal dan lainnya. Pada dosis cukup tinggi, pengawet ini bisa mengakibatkan, pusing, mual, dan muntah, mencret, kram perut, kejang, depresi susunan saraf dan gangguan peredaran darah. Dalam dosis kecil, pengawet akan diserap tubuh dan efeknya baru akan dirasa setelah akumulasi (jumlah) pengawet dalam tubuh tinggi. Kadar formalin hingga 60% bisa dikurangi dengan cara meredam dengan air, air leri (perasan beras) atau air garam selama 1 jam.
Formalin atau borak dapat menimbulkan gangguan hati, jantung, pencernaan, kanker dan ginjal dan lainnya. Pada dosis cukup tinggi, pengawet ini bisa mengakibatkan, pusing, mual, dan muntah, mencret, kram perut, kejang, depresi susunan saraf dan gangguan peredaran darah. Dalam dosis kecil, pengawet akan diserap tubuh dan efeknya baru akan dirasa setelah akumulasi (jumlah) pengawet dalam tubuh tinggi. Kadar formalin hingga 60% bisa dikurangi dengan cara meredam dengan air, air leri (perasan beras) atau air garam selama 1 jam.
BAB IV
Bahan Tambahan Pangan ( Pengasam )
A. LATAR BELAKANG
Bahan tambahan makanan (BTM) sangat membantu ibu-ibu rumah tangga dan
industri makanan, sudah dari zaman dulu bahan tambahan ini digunakan, sehingga
sulit dihindari pemakaianya.
BTM tidak hanya bermanfaat, tapi juga banyak terjadinya penyimpangan dalam
pengunaanya, keadaan ini terjadi karena masyarakat awam belum mengetahui dengan
jelas resiko pemakaian BTM secara berlebihan, sehingga menyebabkan dampak bagi
kesehatan. Hasil penelitian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI)
menyebutkan kasus yang sering ditemui di masyarakat adalah akibat kesalahan
dalam memilih zat aditif dan penyimpangan dosis pemakaian.
Pada saat sekarang ini, pengunaan BTM bagi industri makanan sudah banyak
menyimpang dalam pemakian dosis. Hal ini dilakukan dengan alasan ekonomi untuk
mendapatkan keuntungan yang lebih besar dan juga disebabkan faktor ketidak
ketahuan.
Oleh karena itu pemerintahan harus menyikapi masalah ini serius dan
memberikan penjelasan yang jelas mengenai bahaya yang ditimbulkan, dengan
melakukan pembinaan pada industri-industri makanan dalam hal pengunaan BTM.
Salah satu BTM yang penting adalah zat pengasam, selain untuk mengawetkan, zat
pengasam juga bisa digunakan untuk pemberi rasa produk pangan.
B. ISI
Menurut Trisnawati (1993) fungsi pengatur keasaman pada makanan
adalah untuk membuat makanan menjadi lebih asam, lebih
basa, atau menetralkan makanan. Pengasam digunakan untuk mengasamkan atau untuk
menurunkan pH saus menjadi 3,8~4,4. Pada pH rendah pertumbuhan kebanyakan bakteri
akan tertekan dan sel genaratif serta spora bakteri sangat sensitif terhadap
panas. Dengan demikian proses sterilisasi bahan yang ber-pH rendah dapat
dilakukan dengan suhu mendidih (1000C) dan tidak perlu dengan suhu
tinggi (1210C). Asam juga bersinergi dengan asam benzoat dalam
menekan pertumbuhan mikroba. Sebagai contoh dalam pembuatan saus tomat
digunakan bahan pengasam jenis asam sitrat. Menurut DepKes N0.
235/MenKes/Per/1997 menyatakan bahwa penggunaan zat pengasam ini yaitu 0,25%
dari total pasta saus.
Asam dan garamnya memiliki banyak fungsi dalam
produk pangan. Beberapa fungsi utamanya adalah
- Berkontribusi terhadap rasa dan flavor
- Menurunkan pH untuk mencegah atau menghambat pertumbuhan mikroba
- Mempertahankan nilai pH dengan bertindak sebagai buffering agent
- Mengkelat ion logam untuk meminimalkan oksidasi lemak, mengurangi perubahan warna, serta menjaga tekstur buah dan sayur
- Mendukung perubahan struktur pangan, misalnya pembentukan gel oleh gum dan protein
- Berinteraksi dengan protein dan emulsifier untuk memodifikasi struktur pangan seperti pada adonan, dan
- Memodifikasi kristalisasi proses pengolahan hard candy.
Dalam memilih acidulant (pengasam), banyak faktor yang perlu
diperhatikan, di antaranya adalah flavor, keasaman, kemampuannya mengkelat
logam, aktivitas anti mikroba, kelarutan, sifat higroskopis, dan biaya. Sifat
dari acidulant tersebut perlu disesuaikan dengan jenis produk yang akan
menggunakannya. Industri minuman adalah salah satu pengguna acidulant
tertinggi. Biasanya mereka menggunakan asam sitrat dan asam malat.
Asam
sitrat memiliki peranan yang sangat penting, bagi minuman berkarbonasi dan non
karbonasi, olahraga, bubuk, buah, hingga beralkohol. Asam sitrat bersama garam
sodium dan potasiumnya memberikan karakter flavor, mengontrol pH, memperpanjang
umur simpan, mengkelat ion logam yang tidak diinginkan, dan mengontrol
perubahan sukrosa menjadi glukosa. Asam sitrat banyak digunakan di industri
minuman, hal ini dikarenakan rasanya yang menyenangkan dan adanya efek thirst
quenching yang dimiliki buah sitrus (jeruk). Asam sitrat dan garamnya juga akan
memiliki karakter flavor-blending yang baik, baik dengan flavor alami maupun
sintetik, pada minuman yang tidak berbasis sitrus.
Penambahan acidulant seperti asam sitrat dan malat akan menurunkan
pH minuman, sehingga akan menghambat pertumbuhan mikroba. Selain itu, kondisi
asam tersebut juga akan meningkatkan keefektifan kinerja pengawet seperti
benzoat.
Fungsi
lain dari acidulant adalah sebagai buffer agent. Misalnya sodium sitrat dan
asam sitrat, kombinasi keduanya akan membentuk sistem buffer yang dapat
digunakan untuk mengontrol rasa getir dan pahit. Sifat ini memungkinkan
formulasi minuman dengan keasaman tinggi, tanpa timbul rasa asam pada produk
akhirnya. Sehingga flavornya tetap dipertahankan dengan baik.
Selain asam sitrat, asam malat juga banyak digunakan industri
minuman. Karakter yang sering diharapkan dalam penggunaan asam malat adalah
kemampuannya untuk menunda ”onset of sourness” (permulaan rasa asam). Hal ini
dapat menambah flavor pemanis buatan pada produk. Profil flavor asam malat
–apel dan bery- berkomplemen dengan asam sitrat.
Asam
sitrat atau asam malat bisa dgunakan untuk mengontrol pH pada anggur dan
menstabilkannya dari pembentukan cloud atau haze (kabut). Sehingga tidak aneh
jika keduanya banyak ditambahkan pada wine atau ready to drink cocktail.
Apalagi jika mampu berkombinasi dengan flavor fruity atau light. Biasanya, BTP
(Bahan Tambahan Pangan) tersebut ditambahkan sebelum atau selama proses
fermentasi.
Untuk minuman yang berbentuk serbuk, diperlukan acidulant yang
memiliki higroskopisitas rendah. Hal ini bertujuan agar industri dapat
mengurangi biaya pengemasan. Acidulant yang bisa digunakan adalah asam fumarat.
Penambahan komponen ini juga bisa memberikan pengaruh timbulnya astringent pada
produk minuman.
Ø Selain minuman
Asam sitrat telah digunakan secara luas dalam produk pangan. BTP
ini digunakan untuk mencegah pemudaran warna pada sayur dan buah dengan mengikat
trace element yang tidak dikehendaki. Asam sitrat juga mengurangi waktu dan
suhu yang dibutuhkan dalam proses pengawetan dengan panas. Pada industri
berbasis susu, asam sitrat digunakan sebagai acidifying agent dan flavor
modifier dalam produksi cultured milk, mentega, dan keju natural. Salah satu
cara efektif untuk mengatur karakter emulsifikasi pada processed cheese adalah
juga dengan menggunakan garam sitrat untuk mengontrol jumlah kalsium. Tujuannya
adalah, agar keju dapat dengan mudah melting dan relatif cepat dalam fase
tunggal, tanpa pemisahan lemak. Sedangkan pada susu UHT, sodium sitrat bisa
digunakan untuk membantu pencegahan kasein mengendap.
Untuk
permen dan produk berflavor buah, sering digunakan asam malat, baik digunakan
single atau dikombinasikan dengan acidulant yang lain. Penambahannya bisa
memperpanjang sensasi flavor tanpa menutupi rasa alami buah. Selain itu, juga
dapat mempertegas rasa manis dari pemanis yang digunakan.
Asam fumarat dengan sifat khasnya, sering ditambahkan pada flavor
ingredient untuk menghasilkan rasa/aroma yang stabil dan tahan lama. Sedangkan,
pada produsen biskuit, asam fumarat ditambahkan untuk mencegah kristalisasi
fosfat dan meningkatkan volume adonan.
Pengatur keasaman:
BTM yang dapat mengasamkan, menetralkan dan mempertahankan derajat keasaman makanan
Contoh :
Asam laktat, asam nitrat dan asam malat sebagai pengasam pada selai,
jeli, dan marmalade; natrium bikarbonat, natrium karbonat dan natrium
hidroksida yang biasa digunakan untuk menetralkan mentega.
Salah satu bahan
pengasam ialah asam sitrat. Karakteristik
asam sitrat adalah putih, tidak berwarna, tidak berbau, padatan atau bubuk
kristal. Asam sitrat berfungsi untuk meningkatkan rasa asam
atau mengatur tingkat keasaman pada berbagai pengolahan minuman. Penggunaan asam sitrat ini adalah sebagai zat
pemberi cita rasa dan pengawet. Selain itu, asam sitrat juga
berfungsi sebagai pencegah kristalisasi gula dan penjernih gel. Tidak ada batasan
standar penggunaan asam sitrat dalam proses produksi. Asam sitrat dikategorikan
aman digunakan pada makanan oleh semua badan pengawasan makanan nasional dan
internasional. Senyawa ini secara alami terdapat pada semua jenis makhluk
hidup, dan kelebihan asam sitrat dengan mudah dimetabolisme dan dihilangkan
dari tubuh.
Bahan pengasam,
penambah cita rasa, pewarna dan pemanis untuk meningkatkan estetika makanan.
Asam sitrat, minyak jeruk dan zat pewarna oranye diformulasikan ke dalam
makanan untuk memberikan cita rasa yang enak dan penampakan yang menarik.
Ini adalah hanya sedikit contoh
bagaimana aditif makanan dapat berperan membantu dalam proses pengolahan
makanan.
Aditif makanan
memberi banyak kemungkinan bagi industri pangan untuk memproduksi
bermacam-macam makanan dan minuman yang diinginkan oleh konsumen. Kata “makanan
fabrikasi” ditujukan bagi makanan yang diformulasi dari bahan-bahan dasar
terpilih serta aditif makanan yang sesuai, untuk memperoleh produk akhir dengan
sifat-sifat fisiko-kimia atau nilai gizi yang diinginkan. Makanan seperti ini
dapat dibuat mirip seperti aslinya, contohnya minuman jeruk untuk simulasi sari
jeruk.
Umumnya
kontribusi utama aditif makanan adalah memberikan kemudahan, mungkin dalam hal
penyimpanan makanan, penyiapan atau waktu mengkonsumsinya. Tetapi, makanan
fabrikasi mungkin juga mempunyai sifat-sifat khusus, misalnya rendah kalori
untuk orang yang ingin mempertahankan berat badannya, mempunyai kadar vitamin
yang tinggi bagi orang yang membutuhkan tambahan vitamin, atau rendah kandungan
karbohidratnya bagi penderita diabetes.
•
Terutama
asam asetat dan laktat dapat berada dalam makanan awet sebagai penambah asam
pada bahan pangan yang tidak difermentasi atau sebagai hasil fermentasi oleh
mikroorganisme
- Jaringan berkarbohidrat & bahan dasar lainnya.
•
Fermentasi
menghasilkan asam dengan bantuan Acetobacter sp
•
Pengaruh
: terhadap pH dan sifat keracunan yg khas dari asam-asam yg tidak terurai.
•
Asam
asetat lebih bersifat menghambat terhadap mikroorganisme tertentu daripada asam
laktat juga lebih menghambat daripada asam sitrat, Asam
bensoat, parahidroksi benzoat dan asam sorbet karena menunjukkan pengaruh
antimikroorganisme yg berbeda
•
Kadar asam asetat minimum 3,6 % pada produk
acar
•
Pada produk sauerkraut fermentasi dengan garam
(2-2,5 %) akan menghambat mikroorganisme pembusuk dan memungkinkan pertumbuhan
berikutnya dari penghasil asam utama (Leuconostoc brevis & Lactobacillus
plantarum)
Ø Penggunaan
Bahan
pengasam digunakan dengan tujuan :
•
sbg penegas rasa dan warna/penyelubung
- rasa yang tidak disukai.
•
Senyawa bersifat asam shg bisa berfungsi
mencegah pertumbuhan mikrobia
•
Bertindak sbg pengawet
•
Bekerja sama dg antioksidan, berfungsi utk
mencegah ketengikan dan reaksi browning
•
Sebagai kontrol pH
Menurut
PP Menkes RI No 722/Menkes/Per/IX/2008, pengatur keasaman adalah bahan tambahan
makanan yang dapat mengasamkan, menetralkan, dan mempertahankan derajat
keasaman. Asam dapat mengintensifkan penerimaan rasa-rasa yang lain. Fungsi
penambahan penetral/penawar adalah untuk menjaga pH suatu bahan agar menjadi
tetap Pengatur keasaman digunakan dalam bahan pangan :
•
Selai
•
Jeli
•
Keju
•
Es krim
•
Makanan kaleng (sarden,sayuran, buahbuahan)
•
Salad
•
Margarin
•
Baking powder
•
Bir
•
Roti
Ø PENGASAM ALAMI
•
Sebagai penghilang bau amis pada ikan
•
Bermanfaat bagi tubuh, karena mengandung limonen,
linolin asetat, geranil asetat, fellondren, sitrat dan asam sitrat
Contoh :
Asam
Jawa
•
Menetralkan bau amis pada ikan sehingga produk
lebih enak & akrab di lidah
•
Kandungan : asam apel, asam sitrat, asam
anggur, asam tartrat, asam suksinat, pektin
•
Khasiat bagi kesehatan yaitu mengurangi
ekskresi kalsium dan mencegah terbentuknya batu ginjal.
•
Asam tartrat merupakan antioksidan yang baik
untuk mencegah terjadinya reaksi browning
Belimbing
wuluh dan jeruk nipis
•
Menetralkan rasa amis pada produk
Ø Beberapa Pengatur Keasaman (Sintetis)
Jenis
Pengatur Keasaman
|
Batas
Maksimal Penggunaan
|
Asam
Asetat
|
Secukupnya
|
Kalium
Asetat
|
Secukupnya
|
Asam
Laktat
|
Secukupnya
|
Asam
Malat
|
Secukupnya
|
Asam
fumarat
|
0.6
mg/Kg berat badan
|
Asam
Sitrat
|
Secukupnya
|
Asam Tartrat
|
0-30
mg/Kg berat badan
|
Asam
fospat
|
0-70
mg/Kg berat badan
|
Asam
adibat
|
0-50
mg/Kg berat badan
|
Penggunaan
bahan kimia apabila digunakan secara berlebihan akan bersifat racun baik pada
hewan maupun manusia, sehingga penggunaannya harus diperhatikan (sesuai dengan
batas maksimal penggunaan yang telah ditetapkan pemerintah/MenKes)
Zat pengatur keasaman berfungsi sebagai untuk mengasamkan,
menetralkan, dan mempertahankan derajat keasaman, contoh asam asetat, asam
klorida, asam nitrat, dan natrium karbonat. Pemakain zat-zat aditif pada
makanan yang diperbolehkan mempunyai syarat-syarat sebagai berikut :
·
Mempertahankan
kualitas gizi makanan
·
Mempertinggi
mutu atau stabilitas dengan mengurangi kerusakan makanan
·
Menambah
makanan lebih menarik
·
Diperlukan
dalam proses pengolahan bahan makanan
Ø Gangguan Kesehatan
Penggunaan
pengatur keasaman yang berlebihan akan bersifat korosif/membakar.
Tanda
dini : rasa terbakar ketika makanan masuk ke mulut.
Gejala
selanjutnya : rasa terbakarnya pd selaput lender mulut, kemudian dapat
mengakibatkan rasa sakit & sukar, dengan menelan, kemudian dapt
mengakibatkan jaringan akan mati dan terjadi perubahan warna menjadi putih.
Selanjutnya mengakibatkan gangguan pd lambung dan terjadi luka bergelembung.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Adapun
kesimpulan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Jenis-jenis bahan pengawet
makanan,antara lain:
- Bahan pengawet alami : Gula,garam dan asam jawa.
- Bahan pengawet buatan : Natrium Benzoat, Asam Benzoat,asam propaniat,asam sorbet,belerang dioksida : Kalium benzoate,kalium nitrat dan lain-lain.
2. Cara penambahan bahan pengawet
makanan tergantung dari jenis pengawet dan takaran yang telah ditentukan.
3. Mengetahui tujuan penambahan bahan
pengawet makanan.
- menghambat pembusukan dan
- menjamin mutu awal pangan agar tetap terjaga selama mungkin.
4. Efek penggunaan bahan tambahan
pangan bagi kesehatan adalah mengakibatkan macam-macam penyakit
antaralain,:kanker,tumor, alergi kulit, penyakit hati, kekurangan sel darah dan
sebagainya.
B.
Saran
Adapun
saran yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut.
- Bagi seluruh masyarakat hendaknya lebih jeli dalam melihat label kemasan makanan/minuman yang mengandung bahan pengawet dan pengasam tertentu.
- Para ahli di bidang kesehatan hendaknya selalu aktif dalam memberikan informasi kepada masyarakat tentang adanya bahan pengawet dan pengasam sintetis dalam makanan/minuman dan bukan cenderung menutup-nutupinya.
- Pemerintah harus berpartisipasi terkait pengawasan terhadap suatu penelitian badan-badan yang berwenang dalam hal ini dan pemerintah juga diharapkan mengalokasikan biaya dalam membantu suatu kegiatan penelitian terhadap bahan-bahan pengawet dan pengasam yang beredar di masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-lingkungan/zat-aditif/zat-aditif-pada-makanan
diakses tgl 20/10/2011
http://mykitchenstories.webs.com/article.htm diakses tgl 20/10/2011
Anonim. 1992. Standar Nasional
Indonesia. Jakarta: Departemen Perindustrian.
Anonim.
2001. Materi Penyuluhan Bagi Perusahaan Makanan Industri Rumah Tangga.
Sleman: Dinas Kesehatan.
Anonim.
2008. Mengenal Bahan Kimia Pengawet dan Bahan Tambahan Pangan. http://www.skimaters.co.id.
diakses tanggal 12 November 2008.
Cahyadi,
W. 2006. Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan. Jakarta: Bumi
Aksara.
Achmad Lutfi. 2009. Zat Aditif pada
Makanan. (online)
http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-lingkungan/zat-aditif/zat-aditif-pada-makanan/
diakses tanggal 12 Juni 2012.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar