Disusun
Oleh :
Indah Nur Kasanah ( 2010340013 )
Fakultas
Teknologi Industri Pertanian
Jurusan
Teknologi Pangan
Universitas
Sahid Jakarta
2012
KATA
PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur ke
hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada
penulis sehingga dapat menyelesaikan
makalah ini yang berjudul “ Sanitasi dan Hygiene Pada Proses Pengolahan Susu
Pasteurisasi“
Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih dari jauh dari
kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun dengan Demikian,
penulis telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki
sehingga dapat selesai dengan baik dan oleh karenanya penulis menerima
masukan,saran dan usul guna penyempurnaan makalah ini.
Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh
pembaca.
Jakarta, 04 Januari 2013
Penulis
DAFTAR
ISI
Cover…………………………………………………………………………………….. i
Kata
Pengantar………………………………………………………………………….
ii
Daftar
Isi………………………………………………………………………………… iii
BAB
I. PENDAHULUAN………………………………………………………………. 1
A. Latar Belakang……………………………………………………………………….
1
B.Tujuan Makalah …………………………………………………………………...…
2
BAB II.
ISI……………………………………………………………………………… 3
B. Teknologi
Penanganan Pasca Panen Susu………………………………………… 3
C. Ciri-ciri susu yang baik..............................................................................................
5
D. Bahaya kontaminasi pada susu.................................................................................
5
E.
Sanitasi Susu………………………………………………………………………… 5
BAB III. PEMBAHASAN…………………………………………………………….. 5
A.
Teknologi
Pasteurisasi Susu……………………………………………………..
7
B.
Cara
Pengolahan Yang Baik…………………………………………………….
8
a. Lingkungan
Produksi…………………………………………………………… 8
C.
Bangunan
dan Fasilitas Unit Pengolahan Susu……………………………….. 9
D.
Fasilitasi
dan Kegiatan Higiene dan Sanitasi………………………………… 14
E.
Pengendalian
Hama…………………………………………………………….. 15
F.
Cara
Transportasi Susu Yang Baik…………………………………………… 16
G.
Cara
Pemasaran Susu Yang Baik……………………………………………..
17
H. Hygiene Petugas Penyelenggara Makanan..................................... 17
a. Personal
Hygiene………………………………………………………………. 18
b.Hygiene
Perlengkapan Karyawan………………………………………………
19
Daftar Pustaka.................................................................................................................
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Makanan
adalah kebutuhan pokok manusia yang diperlukan setiap saat ang harus ditangani
dan dikelola dengan baik dan benar agar bermanfaat bagi tubuh. Pengelolaan yang
baik dan benar pada dasarnya adalah mengelola makanan berdasarkan kaidah-kaidah
dari prinsip hygiene dan sanitasi makanan. Prinsip-prinsip hygiene dan sanitasi
makanan adalah teori praktis tentang pengetahuan, sikap dan perilaku manusia
dalam mentaati azas kesehatan (health), azas kebersihan (cleanliness) dan azas
keamanan (security) dalam menangani makanan. Proses pengolahan makanan berjalan
melalui beberapa tahapan pengolahan mulai dari penerimaan bahan mentah,
pencucian, peracikan, pemasakan sampai menjadi makanan yang siap santap. Dengan
pengolahan makanan yang baik dan benar akan menghasilkan makanan yang bersih,
sehat, aman dan bermanfaat serta tahan lama.
Hygiene adalah upaya kesehatan dengan
cara memelihara dan melindungi kebersihan subyeknya seperti mencuci tangan
dengan air bersih dan sabun untuk melindungi kebersihan tangan, mencuci piring
untuk melindungi kebersihan piring, membuang bagian makanan yang rusak untuk
melindungi keutuhan makanan secara keseluruhan dan sebagainya.
Sanitasi adalah upaya kesehatan dengan
cara memelihara dan melindungi kebersihan lingkungan dan subyeknya. Misalnya
menyediakan air yang bersih untuk keperluan mencuci tangan, menyediakan tempat
sampah untuk mewadai sampah agar sampah tidak dibuang sembarangan.
Penyehatan makanan adalah upaya untuk
mengendalikan faktor tempat, peralatan, orang dan makanan yang dapat atau
mungkin dapat menimbulkan gangguan kesehatan atau keracunan makanan. Untuk
mengetahui apakah faktor tersebut dapat atau mungkin dapat menimbulkan gangguan
kesehatan, penyakit atau keracunan makanan, perlu dilakukan analisis terhadap
rangkaian kegiatan dari faktor-faktor tersebut secara rinci.
Sanitasi sangat penting dalam industri pangan, produksi
dengan menggunakan metode yang tepat akan dapat memberikan konsumen makanan yang
memiliki kualitas tinggi dan sehat. Karena ketentuan ini mencakup fasilitas dan
tempat bekerja maka perencanaan produksi yang tepat dan benar harus
dipertimbangkan sebaik mungkin. Setiap tahap produksi dan distribusi ke
konsumen harus terjamin sehingga produk tersebut tetap sehat. Sanitasi yang
efektif memberikan kontribusi terhadap kualitas makanan yang diinginkan.
Selain itu, kita perlu mengetahui tentang karakteristik
berbagai jenis tanah, senyawa pembersihan dan sanitizer yang efektif,
ketersediaan peralatan pembersihan dan prosedur sanitasi yang efektif. Setiap
Negara harus mempunyai jaminan kesehatan terhadap produk yang akan diproduksi.
Faktor penting lainnya adalah tingkat kesadaran konsumen akan pentingnya nilai
gizi, manfaat dan kondisi pengolahan semua makanan.
Lingkungan di lokasi pabrik dapat berkontribusi terhadap pencemaran
dalam pabrik, serta kontaminasi ke produk. Peralatan pengolahan, kemasan, dan
ruang bekerja dapat menjadi sumber kontaminasi. Sanitasi yang efektif bertujuan
untuk mengurangi kontaminasi. Bahan baku dan lingkungan pengolahan merupakan
sumber kontaminasi Listeria monocytogenes.
Meskipun bakteri patogen dapat dimusnahkan dalam pengolahan
melalui pasteurisasi dan proses termal, tetapi pada makanan olahan dan makanan
siap saji bakteri tersebut dapat saja tumbuh kembali.
B.Tujuan Makalah
Adapun tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui
bagaimana penerapan dan prinsip hygiene dan sanitasi dalam pengolahan susu
pasteurisasi.
BAB
II
ISI
Dalam pengembangan industri
Sapi Perah, hal penting yang harus dilakukan adalah meminimalisir permasalahan
yang terjadi dan sekaligus mengoptimalkan potensi yang dimiliki saat ini.
Disamping mengoptimalkan kondisi ternak sehingga menghasilkan produk susu yang
optimal kualitas, diperlukan juga penanganan pascapanen dengan baik sehingga
mutu dan kualitas susu tetap terjaga. Proses pertama yang dilakukan setelah
susu dipanen adalah proses pateurisasi . Kemudian baru diolah lebih lanjut menjadi
berbagaimacam produk olahan susu. Berikut akan kita bahas lebih lanjut
penanganan pascapanen susu sapi.
B. Teknologi
Penanganan Pasca Panen Susu
Dikenal beberapa teknologi
yang lazim dipakai untuk melakukan pencegahan kerusakan makanan yang disebabkan
oleh kegiatan mikroba, yaitu :
1. Refrigeration (Pendinginan)
2. Deep – Freezing (Pembekuan)
3. Chemical preservation (Pengawetan dengan
bahan kimia)
4. Heat Treatment (Perlakuan panas)
1. Refrigeration
(Pendinginan)
Adalah penyimpanan bahan makanan
pada suhu sekitar 00C sampai 1000 C. Waktu pertumbuhan
bakteri antara lain ditentukan oleh faktor suhu. Pada suhu rendah pada umumnya
pertumbuhan bakteri terhambat dan jika ada beberapa jenis bakteri yang masih
bisa berkembang pada suhu rendah maka kecepatan pertumbuhannya sangat lambat
dan diperlukan waktu cukup lama untuk dapat meyebabkan kerusakan bahan makanan
atau dengan kata lain umur keawetan bahan makanan bertambah. Selain itu pada
suhu rendah proses reaksi kimia, bio-kimia dan fisika juga akan menjadi lambat.
Perlu ditegaskan sekali lagi bahwa pendinginan hanya memperlambat semua proses
yanag terjadi dan bukan menghentikan. sehingga didalam proses pendinginan perlu
dijaga agar suhu pendinginan harus selalu konstan.
2. Heat
Treatment ( Perlakuan Panas)
Adalah perlakuan panas yang
cukup tinggi pada makanan dan ditujukan untuk mengurangi atau membunuh mikroba
yang ada didalam makanan. Dalam hal ini dikenal 2 macam proses, yaitu :
a. Proses Pasteurisasi
b. Proses Sterilisasi
a. Proses
Pasteurisasi
Proses pasteurisasi terutama ditujukan untuk membunuh
semua bakteri pathogen dan juga dengan sendirinya mengurangi jumlah bakteri
non-pathogen. Tetapi spora-spora bakteri tetap tahan terhadap perlakuan
pasteurisasi.
Dikenal beberapa type pasteurisasi yaitu :
Ø Low
Temperature Long Time (LTLT) yaitu proses pasteurisasi pada suhu sekitar 60 –
700C selama 30 menit
Ø Type
High Temperature Short Time dimana perlakuan panasnya pada suhu 76 – 800
C atau lebih selama 15 detik.
Perlu diperhatikan disini
adalah waktu yang dipakai pasteurisasi adalah waktu yang dihitung sejak suhu
ditetapkan (misalnya 650 C) telah tercapai.
b. Proses Sterilisasi
Pada dasarnya dikenal 2
macam type sterilisasi, yaitu :
·
Batch
Sterilization
Produk
yang belum steril diisikan kedalam kemasan dan selanjutnya bersama-sama
dilakukan proses sterilisasi. Biasanya dipakai suhu sterilisasi 120 0C
selama 20 atau 30 menit.
·
Flow
Sterilization (UHT)
Produk
dan kemasan disterilisasikan sendiri-sendiri/terpisah. Biasanya dipakai suhu sterilisasi
135 oC sampai 150 oC selama 2 detik.
C. Ciri-ciri susu yang baik
·
Warna putih susu dan kental.
·
Cairannya konstan dan tidak menggumpal.
·
Aroma khas susu, tidak berbau asam,
tengik atau bau amis.
·
Berat jenis lebih tinggi dari air (BJ
diatas 1,0).
·
Kalau dituang dari gelas masih menempel
di dinding gelas.
·
Kalau dimasak akan terbentuk lapisan
busa lemak (foam).
·
Bebas dari kotoran fisik seperti darah,
debu, bulu serangga dll.
D. Bahaya kontaminasi pada susu
·
Tuberculosis pada susu segar.
·
Staphylococcus aureus.
·
Pemalsuan dengan santan.
E.
Sanitasi Susu
1. Untuk mendapatkan susu yang baik ada
dua syarat sebagai berikut:
a)
Safe
milk tidak mengandung bibit penyakit yang membahanyakan kesehatan.
b)
Clean
milk tidak mengandung zat-zat lain yang tidak ditemukan dalam susu murni
walaupun zat tersebut tidak berbahaya untuk kesehatan.
2. Untuk mendapatkan safe dan clean
milk adalah sebagai berikut;
a)
Hewan
yang diambil susunya haruslah hewan yang sehat
b)
Orang
yang mengelola susu harus sehat
c)
Lingkungan
tempat susu diambil harus selalu dalam keadaan bersih
d)
Usahakan
ada ruangan yang bersih untuk menyimpan sementara susu ini, yang dekat dengan
kandang susu
e)
Alat-alat
yang digunakan harus bersih
f)
Pengelolaan
susu harus terjamin kebersihannya
g)
Kalau
pengangkutan lebih dari dua jam, harap alat transportasi dilengkapi dengan alat
pendingin
h)
Lakukan
pasteurisasi sebelum susu tersebut diminum
Ø Macam-macam pasteurisasi adalah
sebagai berikut:
1)
Dengan
suhu tinggi, waktu pendek
2)
Dengan
suhu rendah, waktu panjang
3)
Ultra
high temperature pasteurisasi, yaitu dengan memanaskan sampai suhu 90ºC selama
0,75 detik.
4)
Setelah
dipasteurisasi, suhu yang paling baik untuk susu ialah 10ºC untuk mencegah
kerusakan susu lebih lanjut.
BAB III
PEMBAHASAN
A.
Teknologi
Pasteurisasi Susu
Dipandang dari segi kesehatan manusia susu segar yang tidak
dipasteurisasi merupakan bahan makanan yang membahayakan bila dikonsumsi
langsung, karena susu merupakan media yang sempurna untuk pertumbuhan mikroba
yang dapat menginfeksi manusia. Penyakit seperti TBC, typhus, disentri Seperti
penjelasan sebelumnya, Pasteurisasi adalah suatu proses pemanasan pada suhu
dibawah 100 0C dan dalam jangka waktu tertentu yang dapat mematikan
sebagian mikroba yang ada dalam susu. Selain ditujukan untuk membunuh mikroba
pembawa penyakit (pathogen) seperti bakteri TB; Coli, dll, proses pasteurisasi
yang dilanjutkan dengan pendinginan segera akan menghambat pertumbuhan mikroba
yang tahan suhu pasteurisasi juga akan merusak sistem ensimatis yang
dihasilkannya (misalnya enzim phosphatase, lipase, dll), sehingga dapat
mengurangi kerusakan zat gizi serta memperbaiki daya simpan susu (keeping
quality) dan mempertahankan rupa maupun cita rasa susu segar.
Dikenal dua metoda yang lazim digunakan pada proses
pasteurisasi susu yaitu LTLT (Low Temperature Long Time) dan HTST (High
Temperature Short Time). Metode LTLT pada dasarnya dilakukan dengan pemanasan
susu sampai suhu 63 – 65 0C dan dipertahankan pada suhu tersebut
selama 30 menit. Alat yang digunakan untuk LTLT berupa tangki terbuka (open
vat) dengan pemanas tidak langsung atau lebih dikenal dengan “Batch
Pasteuriser”. Sedang metoda HTST dilakukan dengan pemanasan susu selama 15 – 16
detik pada suhu 76 – 80 0C atau lebih dengan menggunakan alat
penukar panas (heat exchanger) dan diikuti dengan proses pendinginan susu
dengan cepat agar mikroba yang masih hidup tidak tumbuh kembali.
Selanjutnya sebagai tambahan informasi berikut penanganan
dan pengolahan susu sapi yang sesuai dengan standart GMP, sehingga susu yang
dihasilkan mempunyai kualitas yang baik.
B.
Cara
Pengolahan Yang Baik
GMP sudah menjadi pedoman yang dikenal baik oleh sebagian
besar industri – industri pangan di Indonesia, melalui keputusan Menteri
Kesehatan Nomor 23/Men.Kes/SK 1978. serta Peraturan Menteri Pertanian nomor :
381/Kpts/OT.140/10/2005 tentang Pedoman sertifikasi Kontrol Veteriner Unit
Usaha Pangan Asal Hewan.
GMP telah dijadikan pedoman penuntun bagi produsen makanan
dan minuman dengan tujuan untuk meningkatkan mutu hasil produksinya dan dengan
demikian masyarakat dapat dilindungi keselamatan dan kesehatannya terhadap
produksi dan peredaran makanan yang telah memenuhi syarat. Secara garis besar
mengenai pelaksanaan GMP dapat disampaikan sebagai berikut :
a.
Lingkungan
Produksi
Ø Industri pengolahan harus berada di
tempat yang :
·
Bebas
pencemaran, semak belukar dan genangan air
·
Bebas
dari sarang hama, khususnya serangga dan binatang pengerat
·
Tidak
berada di daerah sekitar tempat pembuangan sampah baik sampah padat maupun
sampah cair atau daerah penumpukan barang bekas dan daerah kotor lainnya. Unit
pengolahan susu tidak berada di daerah pemukiman penduduk yang kumuh.
Ø Lingkungan harus selalu
dipertahankan dalam keadaan bersih dengan cara-cara :
·
Sampah
harus dibuang dan tidak menumpuk
·
Tempat
dampah harus selalu tertutup
·
Jalan
dipelihara supaya tidak berdebu dan selokannya berfungsi dengan baik
Untuk menetapkan lokasi unit pengolahan susu perlu
dipertimbangkan keadaan dan kondisi lingkungan yang mungkin dapat merupakan
sumber pencemaran potensial dan telah mempertimbangkan berbagai tindakan
pencegahan yang mungkin dapat dilakukan untuk melindungi pangan yang
diproduksinya.
C.
Bangunan
dan Fasilitas Unit Pengolahan Susu
1.
Persyaratan
Umum Bangunan
Didalam industri pengolahan susu, maka spesifikasi bangunan/ruangan
proses dan lingkungan sama pentingnya dengan spesifikasi peralatan proses.
Dalam kaitan ini disampaikan persyaratan umum (minimal) untuk bangunan
pengolahan susu pasteurisasi mini, dengan maksud untuk menjadikan panduan dalam
Lingkungan disekitar lokasi pabrik membuat bangunan proses
a. Ruang Proses
·
Harus
ada drainase utama di ruang proses
·
Lantai
dari keramik miring 3 0 kearah drainase
·
Dinding
keramik setinggi 1,2 m
·
Pintu
utama 2 daun dari Aluminium + kaca
·
Plafond
tinggi 2,8 m dari asbes
·
Lengkapi
kran-kran air dan stop kontak
·
Lampu
penerangan TL
·
Kawat
nyamuk pada dinding ventilasi
·
Pertemuan
dinding dan lantai melengkung
b. Ruang Filling/Pengisian Susu
·
Saluran
pipa drainase dia 3 ” beri tutup
·
Lantai
dari keramik miring 3 0 kearah drainase
·
Dinding
keramik setinggi 1,2 m
·
Sebagian
dinding separo bata + kaca
·
Pintu
90 cm dari Al + kaca
·
Lengkapi
foot bath depan pintu masuk
·
Lengkapi
kran air + stop kontak
·
Plafon
dari asbes
·
Selain
lampu TL lengkapi lampu UV
·
Kalau
perlu lengkapi AC
·
Kalau
perlu lengkapi lobang pengeluaran produk
c. Ruang Utilitas
·
Ruang
terpisah/di luar ruang proses
·
Lantai
dari beton/adukan
·
Lengkapi
kran air dan stop kontak
·
Kalau
perlu lengkapi Gen-set
Luas bangunan tergantung pada kapasitas produksi susu
pasteurisasi yang akan dihasilkan tiap harinya. Yaitu minimal dibutuhkan luas
bangunan 60 – 75 m2 tiap produksi 1000 liter susu pasteurisasi.
Sedang kebutuhan air yang diperlukan adalah sekitar 7 – 10 liter air setiap
produksi 1 liter susu pasteurisasi (dikutip dari buku “Milk Pasteurization ”
Hall, Carl, Trout M, 1968).
2.
Ruang
Produksi
Ruang produksi harus selalu dalam keadaan bersih dan rapi
a.
Disain
dan Tata Letak
Ruang produksi seharusnya cukup luas dan mudah dibersihkan
b.
Lantai
·
Lantai
seharusnya dibuat dari bahan kedap air, rata, halus tetapi tidak licin, kuat
mudah dibersihkan dan dibuat miring untuk memudahkan pengaliran air.
·
Lantai
harus selalu dalam keadaan bersih dari debu, lendir dan kotoran lainnya.
c.
Dinding
·
Dinding
seharusnya dibuat dari bahan kedap air minimal 2 meter, rata, halus, berwarna
terang, tahan lama, tidak mudah megelupas, kuat dan mudah dibersihkan.
·
Dinding
harus selalu dalam keadaan bersih dari debu, lendir, dan kotoran lainnya.
d.
Langit-
langit
·
Konstruksi
langit-langit seharusnya didisain dengan baik untuk mencegah penumpukan debu,
pertumbuhan jamur, pengelupasan, bersarangnya hama, memperkecil terjadinya
kondensasi, serta terbuat dari bahan tahan lama dan mudah dibersihkan.
·
Langit-langit
harus selalu dalam keadaan bersih dari debu, sarang labah- labah dan kotoran
lainnya.
e.
Pintu
Jendela dan Lubang Angin
·
Pintu
dan jendela seharusnya dibuat dari bahan tahan lama, tidak mudah pecah, rata,
halus, berwarna terang dan mudah dibersihkan.
·
Pintu,
jendela dan lubang angin seharusnya dilengkapi dengan kawat kasa yang dapat
dilepas untuk memudahkan pembesihan dan perawatan.
·
Pintu
seharusnya didisain membuka ke luar/ ke samping sehingga debu atau kotoran dari
luar tidak terbawa masuk melalui udara ke dalam ruangan pengolahan
·
Pintu
seharusnya didisain untuk dapat menutup sendiri, dapat ditutup dengan baik dan
selalu dalam keadaan tertutup.
·
Lubang
angin harus cukup sehingga udara segar selalu mengalir di ruang produksi
·
Lubang
angin harus selalu dalam keadaan bersih, tidak berdebu dan tidak dipenuhi
sarang labah-labah.
Bangunan dan fasilitas unit
pengolahan dapat menjamin bahwa pangan selama dalam proses produksi tidak
tercemar oleh bahaya fisik, biologis dan kimia serta mudah dibersihkan dan
disanitasi.
f.
Kelengkapan
ruang produksi
·
Ruang
produksi seharusnya cukup terang sehingga karyawan dapat mengerjakan tugasnya
dengan teliti.
·
Di
ruang produksi ada tempat untuk mencuci tangan yang selalu dalam keadaan bersih
serta dilengkapi dengan sabun dan pengeringnya.
·
Di
ruang produksi harus tersedia perlengkapan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan
(PPPK)
g.
Tempat
Penyimpanan
·
Tempat
penyimpanan bahan pangan termasuk bumbu dan bahan tambahan pangan (BTP)
seharusnya terpisah dengan produk akhir.
·
Tempat
penyimpanan khusus harus tersedia untuk menyimpan bahan- bahan bukan pangan
seperti bahan pencuci, pelumas dan oli.
·
Tempat
penyimpanan harus mudah dibersihkan dan bebas dari hama seperti serangga,
binatang pengerat seperti tikus, burung atau mikroba dan ada sirkulasi udara.
3.
Peralatan
Produksi
Ø Peralatan produksi seharusnya
terbuat dari bahan yang kuat, tidak berkarat, mudah dibongkar pasang sehingga
mudah dibersihkan
Ø Permukaan yang kontak langsung
dengan pangan seharusnya halus, tidak bercelah, tidak mengelupas dan tidak
menyerap air.
Ø Permukaan yang kontak langsung
dengan produk harus dijaga kebersihannya secara rutin sebelum digunakan atau
sesuai dengan kebutuhan dengan teknik pembersihan yang sesuai untuk peralatan
yang bersangkutan
Ø Peralatan produksi harus diletakkan
sesuai dengan urutan prosesnya sehingga memudahkan bekerja dan mudah
dibersihkan
Ø Semua peralatan seharusnya
diperlihara agar berfungsi dengan baik dan selalu dalam keadaan bersih.
Ø Peralatan yang akan diperbaiki harus
dibawah keluar setelah prosesing. Bila ada mesin yang harus diperbaiki selama
produksi berjalan, tindakan pencegahan yang layak harus dimbil untuk mencegah
kontaminasi produk susu.
Ø Perlengkapan dan peralatan harus di
desinfeksi segera sebelum penggunaan dan kapanpun bila ada kemungkinan
kontaminasi.
4.
Pembersihan
Ø Peralatan yang digunakan untuk
menangani produk susu cair seharusnya dibersihkan dan didesinfeksi segera
setiap periode penggunaan atau sekurang-kurangnya sehari sekali.
Ø Peralatan yang digunakan untuk
menangani produk kaya lemak seperti mentega dan keju seharusnya dibersihkan
sesuai persyaratan, tetapi tidak kurang dari sekali seminggu.
Ø Tahapan dasar pembersihan bangunan
dan peralatan adalah :
Bilas dengan air untuk mengangkat
sisa minyak dengan air dingin atau hangat-hangat kuku (40-500C ),
tetapi air panas diatas 85oC digunakan untuk peralatan penyangga.
Selanjutnya cuci dengan deterjen hingga seluruh permukaan peralatan bersih. Hal
ini harus dilakukan sesuai dengan metode pembersihan yang tepat tergantung pada
jenis peralatan yang dicuci. Bilas dengan air dingin berstandar air minum
hingga permukaan bersih dari deterjen.
5.
Desinfeksi Peralatan
Desinfeksi peralatan pemerahan harus
dilakukan dengan beberapa aturan sebagai berikut :
·
Penguapan
– Penguapan harus dilakukan 10-15 menit setelah suhu penguapan diatas 85oC.
·
Air
panas – Air panas dengan suhu 80oC (gunakan air dengan kesadahan
rendah untuk menghindari deposisi garam-garam) digunakan tidak kurang dari 20
menit, dan pada pembersihan dengan metode sirkulasi digunakan air panas dengan
suhu 85oc selama 15 menit.
·
Deterjen/desinfeksi
– digunakan sebagai bagian dari proses pembersihan pada suhu antara 45-600
C atau sesuai dengan aturan pembersihannya untuk saluran-saluran susu, tangki
penyimpanan dan tangki-tangki lainnya.
6.
Suplai Air
Tata letak kelengkapan ruang produksi diatur agar tidak
terjadi kontaminasi silang. Peralatan produksi yang kontak langsung dengan
pangan seharusnya didisain.dikonstruksi dan diletakkan sedemikian untuk
menjamin mutu dan keamanan pangan yang dihasilkan. Air yang digunakan selama
proses produksi harus cukup dan memenuhi persyaratan kualitas air bersih dan
atau air minum.
Persyaratannya
sebagai berikut :
·
Air
yang digunakan harus air bersih dalam jumlah yang cukup memenuhi seluruh
kebutuhan proses produksi
·
Sumber
dan pipa air untuk keperluan selain pengolahan pangan seharusnya terpisah dan
diberi warna yang berbeda.
·
Air
yang kontak langsung dengan pangan sebelum diproses harus memenuhi persyaratan
air bersih.
D.
Fasilitasi
dan Kegiatan Higiene dan Sanitasi
Sanitasi Ruangan/Lingkungan tidak ada gunanya apabila semua
peralatan dalam kondisi bersih tetapi ruangan dan lingkungan (termasuk
petugas/karyawan produksi) dalam kondisi kurang bersih. Secara garis besar
kondisi sanitasi ruangan dan lingkungan yang diinginkan antara lain :
1.
Peralatan Proses
Permukaan peralatan harus selalu dalam keadaan bersih baik
bagian luar ataupun bagian dalam yang akan bersinggungan/kontak dengan susu,
yang dicirikan dengan :
·
Tidak
ada bau dari produk yang membusuk
·
Permukaan
halus dan bersih
·
Permukaan
tidak belang-belang karena lidah air
2.
Lingkungan yang bersih
·
Tembok,
lantai dan got harus selalu bersih dan tidak berbau
·
Ruang
Filling harus disediakan larutan Chlorine di pintu masuk dimana
sepatu/boot karyawan harus nyebur
(foot-bath)
·
Bila
kosong lampu Ultra-violet (UV) di ruang filling harus dinyalakan terutama malam
hari.
·
Harus
dijaga tidak ada genangan air baik di dalam maupun diluar ruang proses,
termasuk saluran pembuangan limbah.
·
Ruang
penyimpanan produk (storage area) harus selalu bersih
3.
Alat cuci/pembersih
·
Alat
cuci /pembersih seperti sikat, pel, deterjen, dan bahan sanitasi harus tersedia
dan terawat dengan baik.
·
Air
panas dapat digunakan untuk membersihkan peralatan tertentu.
4. Kebersihan
karyawan/Personil yang tinggi Semua karyawan yang ikut menangani produk dari tahap
awal produksi sampai akhir harus selalu rapih dan bersih
5.
Kegiatan higiene dan sanitasi
·
Pembersihan
dapat dilakukan secara fisik seperti dengan sikat atau secara kimia seperti
dengan deterjen atau gabungan keduanya.
·
Jika
diperlukan, penyucihamaan dapat dilakukan dengan menggunakan kaporit sesuai
petunjuk yang dianjurkan.
·
Kegiatan
pembersihan, pencucian, dan penyucihamaan peralatan harus dilakukan secara
rutin.
·
Harus
ada karyawan yang bertanggung jawab terhadap kegiatan pembersihan, pencucian
dan penyucihamaan.
Fasilitas dan kegiatan higiene dan sanitasi diperlukan untuk
menjamin agar bangunan dan peralatan selalu dalam keadaan bersih dan mencegah
terjadinya kontaminasi silang dari karyawan
E.
Pengendalian
Hama
Hama (tikus, serangga, dan lain-lain) merupakan pembawa
cemaran biologis yang dapat menurunkan mutu dan keamanan pangan. Kegiatan
pengendalian hama dilakukan untuk mengurangi kemungkinan masuknya hama ke ruang
produksi yang akan mencemari pangan
1.
Mencegah masuknya hama
·
Lubang-lubang
dan selokan yang memungkinkan masuknya hama harus selalu dalam keadaan
tertutup.
·
Hewan
peliharaan seperti anjing, kucing, dan ayam tidak boleh berkeliaran di
pekarangan IRT apalagi di ruang produksi.
·
Bahan
pangan tidak boleh tercecer karena dapat mengundang masuknya hama
·
IRT
seharusnya memeriksa lingkungannya dari kemungkinan timbulnya sarang hama.
2.
Pemberantasan hama
·
Hama
harus diberantas dengan cara yang tidak mempengaruhi mutu dan keamanan pangan.
·
Pemberantasan
hama dapat dilakukan secara fisik seperti dengan perangkap tikus atau secara
kimia seperti dengan racun tikus.
·
Perlakuan
dengan bahan kimia harus dilakukan dengan pertimbangan tidak mencemari pangan.
F.
Cara
Transportasi Susu Yang Baik
Dalam pengangkutan jarak jauh, perlu peralatan pendingin
untuk menjaga kesegaran, karena air susu segar kesegarannya hanya mampu
bertahan + 3 jam sejak diperah dari induk. Produk harus diangkut dalam
kendaraan yang bersih dan menggunakan alat pendingin, pada kondisi yang sesuai
dan tidak diletakkan bersama-sama dengan benda-benda lain.
1. Transport Susu Mentah
Susu yang telah didinginkan di peternakan atau sentra
pendinginan dapat di kirim di dalam can susu atau tangki besar. Tangki
pengiriman sudah di isolasi, sehingga susu akan tetap dingin hingga tempat
pengolahannya (bila ketersediaan transportasi cepat, misal jarak yang pendek
atau fasilitas jalan yang bagus menyebabkan susu dapat dikirim sebelum suhu
susu meningkat menjadi 100 C
2. Transportasi susu dalam can
Sebagai alternatif, susu dapat diisi ke dalam can dan
dikirim dalam cannya. Keuntungannya, susu dari peternak dengan kualitas rendah
tidak akan tercampur dengan susu dari peternak yang memiliki kualitas bagus.
Bila can tidak diisolasi, transport menuju industri
pengolahan haruslah efisien sehingga memungkinkan susu dapat mencapai pabrik
dalam kondisi yang bisa diterima. Dalam kasus peternak mengirimkan susunya
dengan sistem kolektif, dianjurkan agar can susu ditempatkan di area yang teduh
sembari menunggu kendaraan yang akan mengangkutnya.
Susu dengan kualitas rendah akan ditolak di tempat
pengolahan sehingga peternak akan kehilangan uangnya Pengirim susu juga akan
kehilangan uangnya jika kesalahan ada dipihaknya. Untuk mencegah hal buruk ini
terjadi, penanganan susu yang higiene sangat penting pada setiap tahap; saat di
peternakan, tempat pendinginan dan selama transportasi.
G.
Cara
Pemasaran Susu Yang Baik
Produk susu yang dipasarkan harus dalam kondisi dan kualitas
yang baik serta dalam kemasan yang menarik, sehingga produk tersebut terjamin
aman dan baik untuk dikonsumsi. Produk susu yang dipasarkan adalah produk yang
terlebih dahulu diproduksi dan masih dalam jangka waktu kadaluarsa (FIFO: First
in First Out).
Untuk menjamin produk yang dipasarkan sampai ke konsumen
dengan kualitas bagus, aman dan baik untuk dikonsumsi, juga memperhatikan
menerapkan cara pendistribusian produk yang benar. Hal ini dilakukan agar tidak
terjadi kerusakan produk yang dipasarkan selama pendistribusian.
Jika tempat pemasaran berwaktu tempuh lebih dari 1 jam, maka
pengiriman produk dilakukan menggunakan alat transportasi yang dilengkapi
dengan pendingin. Alat transportasi yang digunakan harus aman dan berfungsi
dengan baik. Alat transportasi yang digunakan harus dalam keadaan bersih dan
kering sebelum maupun setelah digunakan untuk pendistribusian produk. Jika
tidak memungkinkan menggunakan alat transportasi yang dilengkapi pendingin,
pendistribusian produk bias dilakukan dengan menggunakan boks es (coolbox)
dengan penambahan es untuk menjaga kondisi produk tetap dalam keadaan dingin.
Boks es harus dalam keadaan bersih dan kering seblum digunakan, begitu juga
setelah dimasukkan produk, boks es harus dalam keadaan bersih dan tertutup
rapat.
H. Hygiene Petugas Penyelenggara Makanan
Yang
dimaksud dengan hygiene adalah sikap bersih perilaku petugas penyelenggara
makanan yang ditangani tidak tercemar oleh petugas penyelenggara makanan. Sikap
bersih inilah yang harus disadari oleh para petugas penyelenggara makanan
karena dalam kegiatannya menyangkut kesehatan orang banyak. Beberapa hal yang
harus diperhatikan dan dilakukan oleh petugas dalam menangani makanan adalah
sebagai berikut:
a.
Personal
Hygiene
1. Pemeriksaan
Kesehatan
Sebelum
seseorang diterima sebagai karyawan, sebaiknya diadakan pemeriksaan kesehatan
orang tersebut. Karena bila orang tersebut menderita penyakit yang menular,
misalnya penyakit TBC maka orang tersebut dapat merupakan pembawa bakteri TBC.
Di samping itu, pemeriksaan kesehatan bagi seluruh karyawan sebaiknya dilakukan
minimal sekali setiap tahun agar dari hasil pemeriksaan tersebut, karyawan yang
terkena penyakitdapat diobati terlebih dahulu sebelum dipekerjakan kembali.
2. Kebersihan
Tangan dan Jari Tangan
Tangan
merupakan salah satu anggota tubuh yang vital untuk mengerjakan sesuatu dalam
penyelenggaraan makanan, dan melalui tangan pula makanan banyak terkontaminasi.
Oleh karena itu, kebersihan perlu mendapatkan prioritas tinggi. Dianjurkan agar
setiap kali keluar dari kamar mandi atau kamar kecil sebaiknya tangan dibersihkan
dengan air hangat dan sabun, lalu dikeringkan dengan serbet kertas (tisu) untuk
tangan atau dengan menggunakan alat mesin pengering tangan (hand dryer).
Karyawan
yang menyelenggarakan makanan secara langsung tidak diperbolehkan menggunakan
cincin, baik yang bermata maupun tidak, juga jam tangan karena bakteri-bakteri
dapat tertinggal di cincin yang tidak mungkin dapat dibersihkan pada saat
bekerja. Jam tangan tidak boleh digunakan karena akan rusak terkena uap panas
atau air pada waktu mencuci bahan makanan. Kuku harus dipotong pendek karena
sumber kotoran/ penyakit, serta tidak perlu mengunakan pewarna kuku yang
kemungkinan besar akan mengelupas dan jatuh ke dalam makanan.
Sewaktu
mencicipi makanan yang telah matang harus menggunakan sendok dan bila makanan
tersebut diporsikan harus menggunakan alat pengambil, misalnya sendok,
penjepit, garpu. Namun, bila situasi tidak memungkinkan menggunakan alat
tersebut, dianjurkan menggunakan sarung tangan dari plastic transparan yang
tipis dan sekali pakai.
3. Kesehatan
Rambut
Pencucian
rambut dilaksanankan secara teratur karena rambut yang kotor akan menimbulkan
rasa gatal pada kulit kepala yang dapat mendorong karyawan untuk menggaruknya
dan dapat mengakibatkan kotoran-kotoran dari kepala jatuh beterbangan ke dalam
makanan serta kuku menjadi kotor. Pada saat bekerja para karyawan diharuskan
menggunakan tutup kepala (hair cap).
4. Kebersihan
Hidung
Selama
bekerja usahakan jangan mengorek hidung karena pada hidung manusia terdapat
banyak sekali bakteri. Dalam keadaan terpaksa, pergunakan sapu tangan atau tisu
yang langsung dapat dibuang. Setelah itu, tangan harus dicuci. Apabila bersin,
hidung harus ditutup dengan sapu tangan sambil wajah dipalingkan dari makanan
yang sedang dipersiapkan, untuk menghindari bakteri-bakteri yang berasal dari
hidung.
5. Kebersihan
Mulut dan Gigi
Dalam
rongga mulut terdapat banyak sekali bakteri terutama pada gigi yang berlubang.
Apabila ada makanan yang terselip diantara gigi, jangan sekali-kali
membersihkannya dengan jari tangan, tetapi pergunakan tusuk gigi. Membersihkan
gigi jangan pada saat sedang menyiapkan makanan. Periksalah gigi secara teratur
ke poliklinik gigi. Pada saat batuk mulut harus ditutup dengan tisu dan wajah
dialihkan dari arah makanan.
6. Kebersihan
Telinga
Lubang
telinga sebaiknya dibersikan secara teratur karena kalau kotor akan membuat
telinga menjadi kotor dan gatal serta mendorong seseorang memasukkan jari-jari
tangannya ke lubang telinga.
b.
Hygiene
Perlengkapan Karyawan
1. Pakaian
Karyawan
Pakaian
yang digunakan di dapur harus pakaian khusus. Pegawai hotel biasanya berganti
pakaian di loker. Seragam karyawan ini harus diganti setiap hari karena pakaian
yang kotor merupakan tempat bersarangnya bakteri. Pakaian di dapur selayaknya
dipilih model yang dapat melindungi tubuh pada waktu memasak, mudah dicuci,
berwarna terang/putih, terbuat dari bahan yang kuat, dapat menyerap keringat,
tidak panas dan ukurannya tidak begitu ketat sehingga dapat mengganggu pada
waktu bekerja.
2. Sepatu
Sepatu
yang digunakan adalah sepatu kerja, artinya haknya pendek, tidak licn, ringan
dan enak dipakai, karena selama bekerja di dapur karyawan tidak boleh duduk.
Apabila sepatu yang digunakan karyawan kurang enak maka karyawan akan lekas lelah atau sakit pada jari-jari kakinya. Hal inilah yang dapat menyebabkan nilai standar hygiene menurun.
Apabila sepatu yang digunakan karyawan kurang enak maka karyawan akan lekas lelah atau sakit pada jari-jari kakinya. Hal inilah yang dapat menyebabkan nilai standar hygiene menurun.
Dengan
standar hygiene personal yang tinggi seorang karyawan dapat menyadari bahwa
yang dilakukannya adalah menyangkut kesehatan orang banyak dan dalam hal ini ia
telah dapat mencegah/mengurangi salah satu sebab terjadinya keracunan makanan.
Daftar pustaka nya dong
BalasHapusMenjual berbagai macam jenis Chemical untuk cooling tower chiller Boiler evapko STP wwtp dll untuk info lebih lanjut tentang produk ini bisa menghubungi saya di email tommy.transcal@gmail.com terima kasih
BalasHapus